1. Pengertian Penalaran………………………………………....................(3)
2. Jenis
Penalaran Induktif dan Coraknya……..…......................................(3)
a. Generalisasi…………………………….......................................(3)
b. Analogi……………………………..............................................(3)
c. Kausal………………..........……................……….....................(3)
3. Jenis Penalaran Deduktif dan Coraknya...................................................(4)
a. Silogisme………………................………………….................(5)
b. Entimen…………………................……………..….…….…....(6)
4.
Berpikir Deduktif.....................................................................................(7)
5.
Berpikir Induktif.......................................................................................(8)
6.
Daftar
Pustaka...........................................................................................(9)
1.
PENALARAN ILMIAH
Pengertian
dan Jenis Penalaran
Penalaran
(reasioning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti,
fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah
proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan.
Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman,
atau pendapat para ahli (otoritas).
Secara
umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran
induktif dan deduktif.
1.
Penalaran Induktif dan Coraknya
Penalaran
induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus
menuju sesuatu yang umum.
Penalaran
Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:
a.
Generalisasi
Generalisasi
adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang
serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau
peristiwa itu. Generalisasi diturunka dari gejala-gejala khusus yang diperoleh
melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya
dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik,
sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu,
orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.
b.
Analogi
Analogi
adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu
sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak
penalaran ini adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka
kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula
berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpula yang digunakan
merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.
c.
Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
Penalaran
induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang
bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini
terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun
yang muncul tanpa penyebab.
Cara
berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan,
Contoh:
- Ketika
seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian
yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa
mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).
- Seorang
petani menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut dia
sirami, dia rawat dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya
semakin segar, melainkan layu bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti.
Ia melihat ternyata akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan
temuannya itu, petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya
tanaman (akibat) adalah rayap (sebab).
2.
Penalaran Deduktif dan Coraknya
Penalaran
deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum
(prinsip, hukum, teori atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan
sesuatu yang umum itu, ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang
merupakan bagian dari kasus atau peristiwa khusus itu.
Contoh
:
- Semua
makhluk hidup akan mati
- Manusia
adalah makhluk hidup
- Karena
itu, semua manusi akan mati.
Dari
contoh tersebut dapat diketahui bahwa proses penalaran itu berlangsung dalam
tiga tahap.
Pertama,
generalisasi sebagai pangkal bertolak (pernyataan pertama merupakan
generalisasi yang bersumber dari keyakina atau pengetahuan yang sudah diketahui
dan diakui kebenarannya.
Kedua,
penerapan atau perincian generalisasi melalui kasus atau kejadian tertentu.
Ketiga,
kesimpulan deduktif yang berlaku bagi kasus atau peristiwa khusus itu.
Penalaran
deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:
a.
Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan)
yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang
ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau
dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.
Dari
pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor,
premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang
menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari
silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear bagi semua
unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau
tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk
sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan
adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas,
akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
Contoh:
- Premis
mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
- Premis
minor : Habibie adalah cendekiawan
- Kesimpulan
: Jadi, Habibie adalah pemikir.
b.
Entinem
Entiem
adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang
dianggap telah dipahami.
Contoh:
Berangkat
dari bentuk silogisme secara lengkap:
- Premis
mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang sedang
kesusahan
- Premis
minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan
: Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yang kesusahan.
Kalau
proses penalaran itu dirubah dalam bentuk entinem, maka bunyinya hanya menjadi
”Pak Sastro adalah renternir, yang menghisap darah orang yang sedang
kesusahan.”B. Hubungan Menulis Karya Ilmiah dengan Penalaran
Karya
tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau
penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan
sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Atas
dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
1.
Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2.
Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3.
Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok
tulisan keilmuan.
Dari
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting
dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah
penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau
sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir
keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama
sekali tidak dapat ditinggalkan.
Metode
berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1.
Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2.
Dukungan fakta empirik
3.
Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta
empirik terhadap permasalahan yang dikaji.
C.
Salah Nalar, Pengertian dan Macamnya
Salah
nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir
karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi
karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh
sederhana:
- Seseorang
mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang
terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin
dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
- Pernyataan
tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran
penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu
dipertanyakan.
Salah
tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi
dan peggunaan otoritas yang berlebihan.
2.
BERFIKIR DEDUKTIF
Berfikir
deduktif merupakan salah satu dari metode-metode penalaran. Berfikir Deduktif
adalah suatu metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu
untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus. Deduksi berasal
dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari
keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah
cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum
lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara
deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Dalam
deduktif telah diketahui kebenarannya secara umum, kemudian bergerak menuju
pengetahuan baru tentang kasus-kasus atau gejala-gejala khusus atau individual.
Jadi deduksi adalah proses berfikir yang bertolak dari sesuatu yang umum
(prinsip, hukum, toeri, keyakinan) menuju hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang
umum itu ditariklah kesimpulan tentang hal-hal yang khusus yang merupakan
bagian dari kasus atau peristiwa itu.
Hal
ini adalah suatu sistem penyusunan fakta yang telah diketahui sebelumnya guna
mencapai suatu kesimpulan yang logis.
3. BERFIKIR INDUKTIF
Induksi
adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa
khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum
(filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir
induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk
dari metode berpikir induktif.
Jalan
induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu
bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung
semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada
semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain
yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Ada
3 macam penalaran Induktif :
1. Generalisasi
Merupakan
penarikan kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang ada. Dibagi
menjadi 2 :
a.
Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan induktif
Fakta
yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan. Contoh :
- Sensus Penduduk.
- Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, baja memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jadi, jika dipanaskan semua logam akan
memuai.
b.
Generalisasi Tidak Sempurna / Dengan loncatan induktif
Fakta
yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Contoh :
Setelah
kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang
suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang suka bergotong-royong.
2.
Analogi
Merupakan
penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada analogi
biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik berbeda namun dicari
persamaan yang ada di tiap bagiannya.
Tujuan
dari analogi :
- Meramalkan kesamaan.
- Mengelompokkan klasifikasi.
- Menyingkapkan kekeliruan.
Contoh
:
Ronaldo
adalah pesepak bola.
Ronaldo
berbakat bermain bola.
Ronaldo
adalah pemain real madrid.
3.
Kausal
Merupakan
proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat. Terdiri dari 3 pola,
yaitu :
a.
Sebab ke akibat = Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kesimpulan
sebagai efek.
Contoh
: Karena terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
b.
Akibat ke sebab = Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang
dianggap penyebabnya.
Contoh
: Jari kelingking Leeteuk patah karena memukul papan itu.
c.
Akibat ke akibat = Dari satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan
penyebabnya.
DAFTAR
PUSTAKA
- http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/penalaran-deduktif-dan-penalaran-induktif-dalam-proses-berfikir-yang-dikaitkan-pemakaian-berbahasa
- https://hasanaguero.wordpress.com/2012/05/14/berpikir-induktif-dan-deduktif/
- http://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah-oleh-mardiya/
- http://azqiyaazumi.blogspot.com/2012/03/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran